Di Rumah Amalia ada satu sesi yang disebut dengan Muhasabah. Salah satu bentuk dari muhasabah dengan cara menulis itulah sebabnya saya mengajarkan menulis untuk anak2 Amalia sekalipun hanya satu atau dua baris tidaklah masalah yang paling penting anak-anak terbiasa melatih menuangkan pikiran dalam sebuah tulisan. Tulisan juga bisa sebagai terapi. Tulisan adalah bentuk curhat dari apa yang dirasakan di dalam hatinya.
Pagi ini tanpa sengaja saya menemukan sebuah kertas yang berisi tulisan, berkali-kali saya membacanya, tak terasa air mata saya berlinang disaat membaca tulisan ini, sebagai seorang ayah tulisan ini menusuk hati, mampu menggores luka yang teramat dalam karena saya memahami kerinduan seorang anak kepada ayah yang dicintainya. Tulisan itu judulnya 'Air Mata Untuk Ayah'
'Ayah, lihatlah air mataku. Air mata anakmu yang selalu mencintaimu. Ayah selalu bilang sayang padaku tetapi ayah tidak menjaga kesehatan, membuat ayah menjadi sakit, kenapa yah? Aku juga mencintaimu, Aku tidak ingin ayah pergi. Jika aku menangis, siapa yang akan mengusap air mataku? Jika aku kangen, siapa yang memelukku? Ayah tidak pernah menjawab setiap kali aku bertanya, ayah hanya tersenyum. Hatiku perih, ayah. Semua kenangan itu, senyuman itu selalu membuat berlinang air mataku, tidak ada seorangpun yang dapat menghentikannya , karena aku rindu padamu, Ayah... Air mata ini untuk ayah..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar